Pi,
mungkin hampir semua sudah tahu, kalau kebanyakan orang suka yang
putih, tapi aku tidak pernah malu karena mengagumimu. Bagiku hitam atau
putih tiada hina, pun tiada istimewa. Aku tahu banyak orang meledek
karena gelapmu, usah kau risaukan itu. Bukankah warga Amerika pilih
Obama, Mandela inspirasi dunia, Billal muadzin yang pasti masuk surga,
mereka tidak pernah memerlukan putih untuk menjadi istimewa. Langit
cerah memang kerap membahagiakan, tapi hanya langit mendung yang mampu
mengingatkan kita akan teduhnya rumah. Gelap malam memang membuat semua
tampak hitam, namun sungguh dalam hitam itulah, aku, dan semua
memejamkan mata, mengistirahatkan diri dari sibuknya dunia.
“hitam
manis”, kalimat yang sering orang ucapkan untuk menyenangkan hati yang
kulitnya gelap. Karena bila hanya hitam to’, itu mereka artikan sebagai
sebuah hinaan. Kini aku katakan bahwa kamu hitam, dan jujur saja manismu
hanya sedikit. Tidak akan ku menilai sesuatu yang tak terlihat darimu.
Lagipula aku tidak mau kamu akrab dengan pujian yang terlalu, kurang
baik untuk jiwamu, bisa menggoyahkanmu. Bagiku, kau tetap si hitam yang
kurang manis, dan aku tetap mencintaimu. Bagiku itu sudah cukup.
Pi,
terkadang kamu menyakitiku. Sering pula kamu melarutkan tidurku. Kau
tahu, kini keluarga dan sahabat menyuruhku menjauhi dan meninggalkanmu.
Bagimu mungkin biasa saja, karena sudah pasti bahwa aku tak pernah
memiliki arti apa-apa. Tapi bagiku, menjauhimu adalah beban yang
beratnya sulit terpikul. Rasanya terlalu sulit untuk kutinggalkan
dirimu. Apalagi melupakanmu. Sungguh.
Pi,
aku tidak pernah menyalahkanmu ketika malamku tak kunjung berpejam. Aku
memang membutuhkanmu, namun aku seorang lelaki, pemenuhan kebutuhan
boleh memuaskan hatiku tapi tidak boleh terlalu jauh meninggalkan
logikaku. Mungkin aku tidak akan memilih untuk menjadi seperti mereka
yang rela disakiti berulang kali. Semakin sering kau sakiti, semakin kau
tak layak untuk kucintai. Bersahabatlah denganku duhai kopi. Sekali
lagi kau buat lambungku perih, maka bisa jadi tong sampah adalah
tempatmu. Ini bukan ancaman, hanya teguran, karena aku masih punya
banyak harapan.
****
- Eki P. Sidik -
****
- Eki P. Sidik -
0 comments
Posting Komentar