• Beranda
  • Twitter
  • Pesbuk
  • Sosbud
  • Polhuk
  • Sastra
  • Kesehatan
  • Hiburan
  • Asal Mula
  • PKn
  • SKI
  • Biologi
  • Fisika
  • Sejarah Tahun Baru Masehi dan Hukum Merayakannya

    Beberapa saat lagi kita akan menyaksikan perayaan besar, perayaan yang rutin dilakukan oleh masyarakat di seluruh dunia setiap tahunnya. Perayaan itu adalah perayaan  tahun baru. Perayaan yang dibuat secara meriah dan tentu saja dengan biaya yang tidak murah.

    Perayaan tahun baru masehi memiliki sejarah panjang.
    Banyak di antara orang-orang yang ikut merayakan hari itu tidak mengetahui kapan pertama kali acara tersebut diadakan dan latar belakang mengapa hari itu dirayakan.

    sejarah-perayaan-tahun-baruc
    Kegiatan ini merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi. Mereka (orang-orang Romawi) mendedikasikan hari yang istimewa ini untuk seorang dewa yang bernama Janus, The God of Gates, Doors, and Beeginnings.
    Janus adalah seorang dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menatap ke depan dan satunya lagi menatap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun. (G Capdeville “Les épithetes cultuels de Janus” inMélanges de l’école française de Rome (Antiquité), hal. 399-400)

    Fakta ini menyimpulkan bahwa perayaan tahun baru sama sekali tidak berasal dari budaya kaum muslimin.
    Pesta tahun baru masehi, pertama kali dirayakan orang kafir, yang notabene masyarakat paganis Romawi.
    Acara ini terus dirayakan oleh masyarakt modern dewasa ini, walaupun mereka tidak mengetahui spirit ibadah pagan adalah latar belakang diadakannya acara ini.
    Mereka menyemarakkan hari ini dengan berbagai macam permainan, menikmati indahnya langit dengan semarak cahaya kembang api, dsb.

    Turut merayakan tahun baru statusnya sama dengan merayakan hari raya orang kafir. Dan ini hukumnya terlarang. Di antara alasan statement ini adalah:

    Pertama, turut merayakan tahun baru sama dengan meniru kebiasaan mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita untuk meniru kebiasaan orang jelek, termasuk orang kafir. Beliau bersabda,
    من تشبه بقوم فهو منهم
    Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.
    (Hadis shahih riwayat Abu Daud)

    Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan,
    من بنى بأرض المشركين وصنع نيروزهم ومهرجاناتهم وتشبه بهم حتى يموت خسر في يوم القيامة
    “Siapa yang tinggal di negeri kafir, ikut merayakan Nairuz dan Mihrajan (hari raya orang majusi), dan meniru kebiasaan mereka, sampai mati maka dia menjadi orang yang rugi pada hari kiamat.”


    Kedua, mengikuti hari raya mereka termasuk bentuk loyalitas dan menampakkan rasa cinta kepada mereka. Padahal Allah melarang kita untuk menjadikan mereka sebagai kekasih dan menampakkan cinta kasih kepada mereka. Allah berfirman,
    يا أيها الذين آمنوا لا تتخذوا عدوي وعدوكم أولياء تلقون إليهم بالمودة وقد كفروا بما جاءكم من الحق …
    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (rahasia), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu..
    (QS. Al-Mumtahanan: 1)

    Ketiga, Hari raya merupakan bagian dari agama dan doktrin keyakinan, bukan semata perkara dunia dan hiburan. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang di kota Madinah, penduduk kota tersebut merayakan dua hari raya, Nairuz dan Mihrajan. Beliau pernah bersabda di hadapan penduduk madinah,
    قدمت عليكم ولكم يومان تلعبون فيهما إن الله عز و جل أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الفطر ويوم النحر
    Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i).

    Perayaan Nairuz dan Mihrajan yang dirayakan penduduk madinah, isinya hanya bermain-main dan makan-makan. Sama sekali tidak ada unsur ritual sebagaimana yang dilakukan orang majusi, sumber asli dua perayaan ini. Namun mengingat dua hari tersebut adalah perayaan orang kafir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammelarangnya. Sebagai gantinya, Allah berikan dua hari raya terbaik: Idul Fitri dan Idul Adha.
    Untuk itu, turut bergembira dengan perayaan orang kafir, meskipun hanya bermain-main, tanpa mengikuti ritual keagamaannya, termasuk perbuatan yang telarang, karena termasuk turut mensukseskan acara mereka.

    Keempat, Allah berfirman menceritakan keadaan ‘ibadur rahman (hamba Allah yang pilihan),
    و الذين لا يشهدون الزور …
    Dan orang-orang yang tidak turut dalam kegiatan az-Zuur…
    Sebagian ulama menafsirkan kata ‘az-Zuur’ pada ayat di atas dengan hari raya orang kafir. Artinya berlaku sebaliknya, jika ada orang yang turut melibatkan dirinya dalam hari raya orang kafir berarti dia bukan orang baik.

    Sumber : www.konsultasisyariah.com, www.smstauhiid.com

    Lakum Dinukum

    Rayakanlah agamamu dalam dirimu...
    tanpa manusia...
    tanpa orang lain..
    Usir lah keinginan melibatkan manusia dan keyakinan orang lain dalam keyakinan mu.

    Aku melawan dengan cara seadanya..bahwa kapitalisme ini sudah luar biasa.
    Aku mencegah agama menyediakan punggungnya bagi kapitalisme.
    Aku menoleh ke jendela yang sempit sejak kemarin meniup lilin dan mengucap salam.
    Tapi izinkan aku keberatan dengan hingar bingar ini...
    aku merasa Tuhan telah lari dari kita.

    Aku ingin agama melawan sikap manusia yang berlebihan dan memuakkan.
    Sepertinya ini bukan agama...
    upacara ini sudah melampaui batas.
    Dirayakan oleh pemilik uang.
    Para pendosa.

    Kata mereka rakus itu baik, "Greed IS Good"...
    kata mereka konsumsi itu bagus dan Tuhan-Lah yg lahirkan nafsu
    Kata mereka sosialisme hanya bisa membagi-bagi...
    dan kapitalisme-lah yang mencipta harta.

    Mengertikah kau apa yang Kaukatakan?
    Mengertikah kau arti simbol yang kau pakai?
    Puasa mengikatnya dan Lebaran seperti melepasnya kembali.
    Tidakkah kita lelah diperdaya?

    Apakah agama tidak bisa menghentikan konsumerisme ini?
    Apakah kita tidak bisa bersatu melawan penipuan ini?
    Aku tidak mengajakmu kembali ke zaman batu.
    Aku mengajakmu melihat perilaku nafsu.

    Dan suatu hari kita akan terpaksa berpelukan karena bumi semakin letih.
    Harus ada batas konsumsi dari dunia kita yang semakin kosong.
    Maafkan aku...
    Mungkin ini kan kau salah tafsirkan...
    Tapi aku melihat CUBA telah menyerah...
    Kapitalisme telah berjaya..
    Dan kita melihat agama jadi juru bicara...

    Agama harus menggunakan wibawanya untuk mendefinisikan arti "cukup!"
    Adakah rasa bersalah pada dirimu..
    Adakah rasa bersalah pada diriku?
    Tuhan, Maafkan kami malam ini..
    Tuhan, Hentikanlah kami dengan kuasa MU..

    ~ Fahri Hamzah - 26 Desember 2014 ~

    Fahri Hamzah

    Pi ...


    Pi, mungkin hampir semua sudah tahu, kalau kebanyakan orang suka yang putih, tapi aku tidak pernah malu karena mengagumimu. Bagiku hitam atau putih tiada hina, pun tiada istimewa. Aku tahu banyak orang meledek karena gelapmu, usah kau risaukan itu. Bukankah warga Amerika pilih Obama, Mandela inspirasi dunia, Billal muadzin yang pasti masuk surga, mereka tidak pernah memerlukan putih untuk menjadi istimewa. Langit cerah memang kerap membahagiakan, tapi hanya langit mendung yang mampu mengingatkan kita akan teduhnya rumah. Gelap malam memang membuat semua tampak hitam, namun sungguh dalam hitam itulah, aku, dan semua memejamkan mata, mengistirahatkan diri dari sibuknya dunia.

    “hitam manis”, kalimat yang sering orang ucapkan untuk menyenangkan hati yang kulitnya gelap. Karena bila hanya hitam to’, itu mereka artikan sebagai sebuah hinaan. Kini aku katakan bahwa kamu hitam, dan jujur saja manismu hanya sedikit. Tidak akan ku menilai sesuatu yang tak terlihat darimu. Lagipula aku tidak mau kamu akrab dengan pujian yang terlalu, kurang baik untuk jiwamu, bisa menggoyahkanmu. Bagiku, kau tetap si hitam yang kurang manis, dan aku tetap mencintaimu. Bagiku itu sudah cukup.
    Pi, terkadang kamu menyakitiku. Sering pula kamu melarutkan tidurku. Kau tahu, kini keluarga dan sahabat  menyuruhku menjauhi dan meninggalkanmu. Bagimu mungkin biasa saja, karena sudah pasti bahwa aku tak pernah memiliki arti apa-apa. Tapi bagiku, menjauhimu adalah beban yang beratnya sulit terpikul. Rasanya terlalu sulit untuk kutinggalkan dirimu. Apalagi melupakanmu. Sungguh.
    Pi, aku tidak pernah menyalahkanmu ketika malamku tak kunjung berpejam. Aku memang membutuhkanmu, namun aku seorang lelaki, pemenuhan kebutuhan boleh memuaskan hatiku tapi tidak boleh terlalu jauh meninggalkan logikaku. Mungkin aku tidak akan memilih untuk menjadi seperti mereka yang rela disakiti berulang kali. Semakin sering kau sakiti, semakin kau tak layak untuk kucintai. Bersahabatlah denganku duhai kopi. Sekali lagi kau buat lambungku perih, maka bisa jadi tong sampah adalah tempatmu. Ini bukan ancaman, hanya teguran, karena aku masih punya banyak harapan.

    ****

    - Eki P. Sidik -
     

    Film Porno Bukan Film Dewasa

    Sebulan lalu, beberapa handphone terjaring razia. Mungkin sekitar 10 hp. Setelah diperiksa isinya, ada satu hp yang ternyata bermasalah. Yang merazia sekaligus yang memeriksa itu kemudian mengatakan kepada saya bahwa di hp itu tersimpan “film dewasa”. Lalu saya bertanya, film apa? Dia jawab film porno. Itulah mengapa saya selalu siap merazia hp tapi tidak mau memeriksa isinya. Karena kalau ternyata ada konten porno nya, jika tidak hati-hati kita bisa anteng melihatnya. Hahaha

    Dan saya pun tidak setuju kalau film porno kemudian disebut film dewasa. Sangat terkesan bahwa orang dewasa sangat boleh untuk melihat konten porno. Itu kan keliru. Konten porno, mau yang dipraktikkan penyanyi dangdut di atas panggung, mau yang diselipkan di film-film bioskop, mau yang nyempil di sinetron, mau yang dipamerkan lewat iklan, gambar, tidak layak dilihat semua orang. Tidak ada batasan umur untuk memutuskan hubungan dengan konten porno.

    Menurut hasil penelitian, nonton porno itu bisa merusak otak. Sedang yang punya otak bukan hanya anak-anak. Artinya, film porno itu bukan film dewasa ataupun film orang tua. Tidak heran jika undang-undang anti pornografi dan pornoaksi berlaku di negara ini. UU itu untuk membatasi semua orang, termasuk orang dewasa. Namun kita sayangkan karena ternyata semangat anti pornografi ini hanya berakhir di pemberlakuan undang-undang, tindak lanjutnya tidak ada. Film porno ya film porno, jangan disebut film dewasa. Karena orang dewasa sekalipun akan mendapat pengaruh buruk dari film porno. 

    Kita terkadang ingin mengurangi kesan negatif dari sebuah istilah atau nama. Contoh lain seperti penggantian istilah “pelacur” menjadi “tuna susila” kemudian diganti lagi menjadi “pekerja seks komersial”. Seakan kita sudah menjadi orang jahat kalau mengatakan pelacur kepada perempuan yang mengobral kehormatannya. Penggantian istilah inipun sudah kelewatan menurut saya. Kalau disebut “PEKERJA seks komersial (PSK)”, kenapa mereka tidak berdemo ke pemerintah minta upah minimum? :)

    Mungkin kawan-kawan menganggap bahasan seperti ini terlalu sepele untuk dibahas. Bagi saya pribadi tidak sepele. Tiap istilah itu ada dengan makna yang membersamainya. Makna yang saya maksud bukan definisi seperti dalam kamus, tapi energi di balik istilah tersebut. cielaaaaahhhhahaha.. Kekuatan itu akan berdampak secara sosial. Misalnya istilah pelacur. Istilah pelacur itu memiliki konotasi negatif. Biarkan tetap berkonotasi negatif, agar orang berpikir seribu kali untuk mengobral kehormatannya.

    Eh, sekarang malah kita ganti dengan pekerja seks komersial. Pekerja itu jelas konotasinya positif. Pekerja itu lebih bagus daripada penganggur. Makanya jangan heran kalau tempat pelacuran sulit dihilangkan. Jadi penggunaan istilah-istilah berkonotasi negatif seperti pelacur dan porno itu justru berguna untuk menekan penyebarannya. Kecuali utuk istilah-istilah yang bukan masalah sosial seperti "buta" dengan "tuna netra", "budeg" dengan "tuna rungu", penggantian ini tidak masalah, bahkan sangat baik.

    sumber gambar: tribunnews.com

    Nasi Padang: Dibungkus lebih banyak daripada makan di tempat

    Sudah banyak pertanyaan dan jawaban tentang kenapa kalau kita beli nasi padang dengan dibungkus isinya jauh lebih banyak daripada kalau kita makan ditempat?

    Jawaban paling populer adalah karena dengan dibungkus, si penjual tidak perlu repot mencuci piring dan mengurangi biaya sabun cuci.

    Jawaban yang logis, tapi cenderung dipaksakan. Dibandingkan dengan biaya sabun, kalau dihitung-hitung, biaya nasi lebih jauh lebih besar. Ini tentu bertentangan dengan apa yang diketahui oleh masyrakat umum kalo orang padang itu perhitungan (baca: pelit) . Jawaban seperti diatas tidak lebih jawaban ngeles dari si penjual karena mereka ngga tau sejarah asal muasal dari pertanyaan di atas.  Oh iya, anda tidak salah baca. Ada sejarah dibalik kenapa kalau beli nasi padang isinya lebih banyak daripada makan ditempat, dan sejarah ini berawal sejak jaman penjajahan Belanda.

    Baiklah, mari kita mulai saja pembahasannya:

    Di Sumatera Barat dan sekitarnya (termasuk Pekanbaru), rumah makan disana tidaklah disebut dengan Rumah Makan Padang, melainkan RM Ampera. Jamak ditemui rumah makan disana diawali oleh kata Ampera kemudian barulah disusul dengan nama RM itu sendiri. Misal, RM Ampera Beringin, RM Ampera Siti Nurbaya, dll. Ampera sendiri adalah kepanjangan dari amanat penderitaan rakyat. Diakhir pembahasan ini akan ditemukan asal muasal kenapa mereka menggunakan nama Ampera disini. Memang ada jenis yang lain yaitu RM Kapau, tp kita lewati saja dulu, mungkin nanti akan gw bahas tersendiri.

    Kembali ke RM Padang tadi. Di masa penjajahan dulu, RM Padang termasuk RM yg ekslusif, hanya kaum penjajah dan para saudagar kaya saja yang bisa menikmati lezatnya rendang, gulai tunjang, kepala ikan kakap, dendeng, dan kawan-kawan. Bahkan, saudagar kaya yang dimaksud disini adalah saudagar etnis cina (No Sara, red) bukan yang pribumi. Kenapa bisa demikian? Yah, dimasa penjajahan, daging dan beras termasuk komoditi mahal yg rakyat tidak selalu dapat membeli. Oleh karena itulah, harga makanan padang menjadi mahal dan seperti yg udah gw sebut diatas, hanya para penjajah dan saudagar kaya yg bisa menikmatinya.

    Dan disinilah sejarah itu dimulai, kenapa kalau beli nasi padang, isinya lebih bayak dibungkus daripada makan ditempat. Para pengusaha RM Padang (pastinya orang minang asli) sadar bahwa saudara-saudaranya juga layak untuk menikmati makanan enak, terlebih lagi makanan khas daerah mereka sendiri. Lebih jauh lagi, mereka para pengusaha ini juga sadar, banyak dari saudara mereka bekerja sebagai buruh kasar untuk para penjajah dan saudagar kaya yang makan di RM mereka, dan saudara mereka ini membutuhkan tenaga dan gizi yg cukup untuk tetap selalu sehat dan bekerja menafkahi keluarga mereka masing-masing.

    Entah siapa yang memulai, di suatu waktu, para pengusaha RM ini memberlakukan peraturan baru. Jumlah nasi yang dibeli dengan dibungkus isinya akan jauh lebih banyak daripada makan ditempat. Biaya makan ditempat dibebankan kepada para penjajah dan para saudagar kaya dan biaya makan dibungkus untuk para buruh dan para pribumi lain. Inilah yang dijaman modern disebut subsidi silang. Kebijakan ini oleh para pengusaha disebut dengan Ampera alias Amanat Penderitaan Rakyat. Inilah asalnya kenapa RM Padang di Sumatera Barat sana disebut dengan RM Ampera. Spirit Ampera ini seperti yang kita lihat, masih terbawa sampai detik ini bahkan sudah menyebar diseluruh Indonesia. Tentu saja, nyaris tidak ada tempat di Indonesia ini dimana daerahnya tidak ada RM Padang.  Semua pelosok ada. Semoga spirit Ampera ini terus ada sampai akhir jaman.

    Nah, itulah alasan kenapa Jumlah nasi yang dibeli dengan dibungkus isinya akan jauh lebih banyak daripada makan ditempat. Darimana gw tau? Ini adalah penuturan dari salah satu pengusaha RM Padang yang kebetulan tetangga gw di Padang sana. Ada yg tau RM Beringin di kawasan Tabing kota Padang? Tentu, postingan ini bukan official, jadi masih bisa diperdebatkan kebenarannya. Tapi terlepas dari apakah ini hoax atau real, semoga kita bisa mengambil hikmahnya.


    sumber gambar: madangwae.com
     sumber: http://t.co/bydI2S9Z2S

    Agustus

    Berdirilah hening dalam kehampaan malam
    jiwa siapa yang patut dikenang
    hitung dari mula
    kerna letak kejadian indah
    adalah hadirnya upcara duka
    membangun kepercayaan teguh
     
    Apakah mereka dengan kita bicara
    menghitung hari-hari silam kehilangan rupa
    atas rumah-rumah di lingkaran gelap
    atas anak-anak di ketiadaan harap
    dari dulu terduga selalu
    Berdrilah hening dalam kehampaan malam
    ucapkan lunak kesanggupan yang bimbang
    jangan tangisi, jangan hindari kenyataan ini
    kerna fajar pagi akan membuka langit letihnya
    menyediakan tanya untuk kita saling tidak bicara
     
    Di mendung gerimis Agustus ini
    simpanlah risalah lama melantung kedalaman
    tentang hari-hari gemilang yang akan datang
    tentang akhir-akhir hutang yang tiada pegangan
    heningkan di sini, jangan dengan separo hati !
    Berdirilah hening dalam kehampaan malam
    melupakan cedera kehilangan rupa
    tegakkan pula
    suatu bentuk baru di hatimu mengorak jauh
    suatu pandangan kudus di pilumu diam bergalau
    kita pun semua tahu untuk apa mengenang itu.

    Mansur Samin - 1960