Setiap
muslim pasti yakin bahwa tuhan itu hanyalah Allah
yang satu. Sedangkan nasrani -sejauh yang saya tahu- adalah orang yang
meyakini
bahwa Isa (Yesus) yang menurut al-quran adalah nabi, mereka
posisikan sebagai tuhan. Yesus bagi umat kristen sejak jaman dulu adalah
anak Allah. Islam menentang ajaran ini karena di al-quran ditegaskan
bahwa Yesus itu anak manusia, dan ditegaskan pula bahwa Allah itu tidak
beranak dan tidak diperanakkan serta tidak akan ada yang sama dengan
Dia. Sebenarnya dengan ayat quran yang mengatakan begitu, perdebatan
tentang ke-tuhanan Yesus selesai.
Walaupun
secara akidah muslim dan nasrani bertabrakan, muslim diperintahkan
Allah untuk tidak menyakiti nasrani maupun umat dengan keyakinan lain.
Namun keyakinan muslim terhadap keyakinan mereka tidak akan
berubah. Karena al-quran yang menyatakan keyakian kristen yang sesat itu
pun tidak akan berubah hingga akhir zaman. Dan mungkin muslim bagi umat
agama lain juga dianggap sebagai orang yang keyakinannya sesat. Itu
urusan mereka untuk meyakini
apapun. Karena ini keyakinan, maka disinilah kita tegakkan yang namanya
toleransi.
Toleransi
itu adalah sikap yang tidak toleran pada perilaku saling
melukai. Orang nasrani hari minggu mau ke gereja, silahkan. Di gereja
pendeta
mau meyakinkan jemaatnya bahwa Islam itu agama salah, ya silahkan. Orang
Yahudi, Budha, Hindu, mau menyembah apapun ya terserah mereka.
Begitupun
ketika muslim tiap lima waktu sehari mereka shalat, lalu diberi ceramah
dari
Al-quran dan hadits bahwa keyakinan selain Islam adalah sesat, itupun
tidak
boleh diganggu, biarkan saja. Itu namanya toleransi.
Jadi toleransi itu hanyalah sebatas sikap tidak saling mengganggu
terhadap kegiatan agama lain dalam melaksanakan keyakinannya, selama kegiatan
itu tidak mengganggu penganut agama selainnya. Kalau sudah terjadi aktivitas
mengganggu, muncullah konflik.
Adapun
mengenai ucapan selamat di hari raya agama lain, banyak
dianggap sebagai sebuah perkara sepele. Menurut saya sama sekali tidak
sepele. Karena
setiap ucapan yang keluar dari mulut haruslah sudah melewati banyak
saringan. Saringan
itu adalah pemikiran, hati yang jernih, dan tentu saja aturan agama.
Bahkan dalam al-quran dijelaskan bahwa setiap tindakan manusia, walaupun
sebesar zarrah akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Maka adakah
yang sepele?
Banyak "orang penting" di negeri ini -yang muslim-, mengucapkan selamat natal kepada nasrani. Kata mereka, itu adalah bentuk dari toleransi antar umat beragama.
Banyak "orang penting" di negeri ini -yang muslim-, mengucapkan selamat natal kepada nasrani. Kata mereka, itu adalah bentuk dari toleransi antar umat beragama.
Saya sendiri berpikiran berbeda. Pandangan Islam telah tegas dalam al-quran bahwa keyakinan nasrani
adalah sesat. Sebagai muslim, saya
pasti meyakini itu. Dengan demikian, kalau saya
mengucapkan selamat kepada mereka, maka saya sudah bertentangan dengan
keyakinan saya sendiri. Sudah jelas-jelas kita yakin bahwa mereka sesat,
kenapa mulut mengatakan selamat? Ini kan sebuah perilaku mendustai diri
sendiri.
Alasan orang mengucapkan natal sebagai ungkapan dari budaya
toleransi, menurut saya keliru. Karena toleransi itu sikap tidak
mengganggu aktivitas orang, bukan sikap untuk menggembirakan orang. Menggembirakan
orang yang berlainan keyakinan
dengan mengesampingkan keyakinan diri sendiri itu tindakan bodoh. Jika
nasrani merayakan natal sebagai implementasi dari keyakinan mereka,
muslim
pun yang memutuskan tidak mengucapkan selamat natal adalah implementasi
dari
keyakinannya. Jadi kalau muslim tidak mengucapkan selamat itu bukan
tidak
toleran. Bahkan justru harus dihormati oleh semua agama dan ditoleransi
karena muslim melakukan itu sebagai implementasi keyakinan.
Ada
orang Jakarta, bilang mau ke Lembang, tapi mobilnya ia bawa menuju
Ciwidey. Dia yakin kalau Lembang itu di daerah Ciwidey. Kita tahu kalau
keyakinan dia itu salah. Karena ingin menggembirakan hati si orang yang
salah jalan, kita memberi ucapan selamat jalan. Tahun depan, kepada
orang yang berkeyakinan Lembang ada di Ciwidey, kita beri parcel dengan
tulisan selamat jalan ke Lembang. Tahun depannya lagi
kita memberi bahan bakar dan servis kendaraannya supaya bisa melaju
mulus dan
kencang di jalan yang salah. Tahun depannya lagi, kita ikut ke mobil
mereka mencari Lembang ke Ciwidey. Maka kita yang tahu jalan sejak awal,
akhirnya ikut dalam kesesatan bersama si
orang tersesat. Hahaha
Maka
dari itu, udahlah...sekarang jangan lagi kita ikut-ikutan tingkah orang
hanya karena banyak yang melakukannya, tapi alasan kita ikut haruslah
karena orang itu memilih jalan yang benar. Lebih baik hanya berteman
dengan
satu orang tapi soleh daripada seru-seruan dengan banyak orang tapi
salah. Kalaupun lingkungan semua tidak ada yang bener, pindah saja, mati
tidak
punya teman karena setia pada kebenaran itu jauh lebih baik daripada
hidup
senang-senang dengan banyak teman yang mengajak kita pada kesesatan.
Kita
harus lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. Kejar ilmunya. Karena
di jaman sekarang ini benar dan salah, halal dan haram itu makin gak
jelas. Yang baik banyak dianggap buruk, begitupun
sebaliknya. Dan tentu ucapan yang keluar dari mulut ini tidak boleh kita
anggap sepele. Bisa jadi aurat tidak pernah kita perlihatkan, tapi
mulut sulit sekali kita kendalikan. Sekecil apapun dosa ada
pertanggungjawabannya. Termasuk ucapan kita terhadap yang berbeda agama,
kita tidak boleh ikut mereka, namun mulut kita jangan mencelanya. Bisa
jadi kelak Allah gerakkan hati-hati mereka menjadi muslim yang jauh
lebih taat daripada kita yang sekarang.
Silahkan jalan-jalan ke tempat perbelanjaan, muslim-muslimah ramai-ramai memakai atribut natal. Ada yang karena paksaan bos nya, ada yang karena ketidakhati-hatian, ada pula yang hanya ikut-ikutan. Hukum memberi ucapan "selamat natal" dari muslim kepada kristen, juga hukum muslim ikut merayakan natal seperti memakai atribut natal hingga ikut kegiatan ibadahnya orang kristen di hari natal, sampai sekarang jadi perdebatan.
Kalau ada perdebatan tentang suatu hukum tentang tata perilaku seorang muslim, langkah kita sedehanakan saja. Jika perdebatan hukumnya antara WAJIB dan SUNNAH, langkah terbaik adalah lakukan. Tapi jika perdebatan hukumnya antara BOLEH dan HARAM, jauhkan diri kita dari perilaku itu. Apalagi kalau sampai ikut-ikutan berdebat padahal tidak tahu ilmunya, buang-buang waktu. Lebih baik selamatkan diri sendiri dan orang terdekat dengan tidak melakukan perbuatan yang secara hukum diperdebatkan. Kalau hukum mengucapkan natal dan memakai atribut natal itu jadi perdebatan antara haram dan boleh, langkah aman seorang muslim adalah jauhkan mulut dari mengucapkan selamat natal dan jauhkan badan dari pemakaian atribut natal. Toh dengan tidak mengganggu orang kristen saja sudah termasuk toleran.
Jangan mau dipaksa memakai atribut natal dan mengucapkan natal karena tuntutan profesi, rezeki tiap orang itu Allah yang jamin. Allah yang punya rezeki, Allah yang datangkan rezeki, bukan manusia. Kalau terpaksa pakai atribut natal dan mengucapkan natal itu karena takut dipecat dan takut gak bisa makan, takut setelah dipecat tidak bisa biayai anak sekolah, itu artinya menghina Allah yang menjamin rezeki semua makhluknya.
Sekali lagi, jangan ikut-ikutan karena banyaknya orang yang melakukan. Pengadilan Allah di akhirat nanti kita urus sendiri-sendiri. Jangan sampai sesuatu yang kita lakukan untuk menyenangkan orang dan mengharapkan pandangan orang adalah sesuatu yang membuat Allah tidak senang. Yang punya surga dan neraka dan yang berkuasa menetapkan siapa yang jadi penghuninya kan hanya Allah. Dan hidup di dunia ini hanya beberapa saat saja, sedangkan hidup di akhirat itu selamanya. Jauhi tindakan yang beresiko gadaikan keimanan. Cukup dengan tidak mengganggu orang kristen yang sedang natalan, maka kamu sudah toleran.
Silahkan jalan-jalan ke tempat perbelanjaan, muslim-muslimah ramai-ramai memakai atribut natal. Ada yang karena paksaan bos nya, ada yang karena ketidakhati-hatian, ada pula yang hanya ikut-ikutan. Hukum memberi ucapan "selamat natal" dari muslim kepada kristen, juga hukum muslim ikut merayakan natal seperti memakai atribut natal hingga ikut kegiatan ibadahnya orang kristen di hari natal, sampai sekarang jadi perdebatan.
Kalau ada perdebatan tentang suatu hukum tentang tata perilaku seorang muslim, langkah kita sedehanakan saja. Jika perdebatan hukumnya antara WAJIB dan SUNNAH, langkah terbaik adalah lakukan. Tapi jika perdebatan hukumnya antara BOLEH dan HARAM, jauhkan diri kita dari perilaku itu. Apalagi kalau sampai ikut-ikutan berdebat padahal tidak tahu ilmunya, buang-buang waktu. Lebih baik selamatkan diri sendiri dan orang terdekat dengan tidak melakukan perbuatan yang secara hukum diperdebatkan. Kalau hukum mengucapkan natal dan memakai atribut natal itu jadi perdebatan antara haram dan boleh, langkah aman seorang muslim adalah jauhkan mulut dari mengucapkan selamat natal dan jauhkan badan dari pemakaian atribut natal. Toh dengan tidak mengganggu orang kristen saja sudah termasuk toleran.
Jangan mau dipaksa memakai atribut natal dan mengucapkan natal karena tuntutan profesi, rezeki tiap orang itu Allah yang jamin. Allah yang punya rezeki, Allah yang datangkan rezeki, bukan manusia. Kalau terpaksa pakai atribut natal dan mengucapkan natal itu karena takut dipecat dan takut gak bisa makan, takut setelah dipecat tidak bisa biayai anak sekolah, itu artinya menghina Allah yang menjamin rezeki semua makhluknya.
Sekali lagi, jangan ikut-ikutan karena banyaknya orang yang melakukan. Pengadilan Allah di akhirat nanti kita urus sendiri-sendiri. Jangan sampai sesuatu yang kita lakukan untuk menyenangkan orang dan mengharapkan pandangan orang adalah sesuatu yang membuat Allah tidak senang. Yang punya surga dan neraka dan yang berkuasa menetapkan siapa yang jadi penghuninya kan hanya Allah. Dan hidup di dunia ini hanya beberapa saat saja, sedangkan hidup di akhirat itu selamanya. Jauhi tindakan yang beresiko gadaikan keimanan. Cukup dengan tidak mengganggu orang kristen yang sedang natalan, maka kamu sudah toleran.
0 comments
Posting Komentar