• Beranda
  • Twitter
  • Pesbuk
  • Sosbud
  • Polhuk
  • Sastra
  • Kesehatan
  • Hiburan
  • Asal Mula
  • PKn
  • SKI
  • Biologi
  • Fisika
  • Hikmahnya Dituduh Syiah

    Imam Muhammad bin Jarir Abu Ja'far Ath-Thabari. Inilah 'alim besar ahlussunnah yang sangat disegani di masanya. Seorang mufassir pilih tanding dan ahli sejarah yang luar biasa mumpuni. Tetapi ia dituduh Syiah dan dihukum karenanya. Tuduhan tak berhenti meskipun tidak menemukan bukti. Justru semakin menjadi bahkan ketika Imam Ath-Thabari terbukti ahlussunnah.

    Tuduhan disertai kezaliman terhadap Imam Ath-Thabari tak mengenai kata putus hingga kematian menghampiri. Fitnah tiada henti bertubi-tubi. Tuduhan Syiah tak selesai sampai di situ. Imam Ath-Thabari juga dilarang mengajar. Majelis ilmu yang diampu, ditutup paksa karena dianggap menebarkan Syiah. Ini berlangsung hingga wafatnya di usia 85. Selama 40 tahun, Imam Ath-Thabari menghabiskan waktu untuk menulis. Setiap hari 40 halaman. Tak kurang dari 500 ribu halaman kitab penuh hikmah yang telah ia telah tulis selama 40 tahun dikucilkan.

    Meskipun sampai wafatnya tetap dituding Syiah sehingga jenazahnya tak boleh dikuburkan di siang hari, tetapi kelak namanya harum. Imam Ath-Thabari merupakan rujukan sangat terpercaya. Ia menulis banyak buku yang menakjubkan, baik ketajaman pembahasan maupun tebalnya. Salah kitabnya yang sangat legendaris adalah Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an atau lebih dikenal dengan sebutan Tafsir Ath-Thabari. Kitab lain yang sangat legendaris, antara lain Tarikh ar-Rusul wal Anbiya’ wal Muluk wal Khulafa’ atau dikenal dengan Tarikh Ath-Thabari.

    Kisah Imam Muhammad bin Jarir Abu Ja'far Ath-Thabari ini mengingatkan kita pada kisah Imam Syafi’i yang juga difitnah sebagai Syiah Rafidhah. Tapi tuduhan tak melemahkan. Ia difitnah, tapi namanya semakin harum dan kian tampak keunggulannya. Ia direndahkan, tapi Allah Ta'ala kian tinggikan derajatnya.

    Ia dihalangi untuk mengajar dengan tuduhan Syiah, tapi karya-karyanya melampaui batas usianya dan menjadi pengajaran bagi ahlussunnah. Serangkaian fitnah dan berita bohong tentang Imam Ath-Thabari mengingatkan kita pada ayat tentang haditsul ifk. Alangkah dekat kemiripannya. ...لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُم... "Jangan kamu kira berita bohong itu buruk bagimu bahkan ia baik bagi kamu."

    Orang-orang yang dituduh, bagi mereka tidak ada kerugian akhirat. Bahkan banyak kebaikan di balik fitnah yang gelap gulita itu. Tetapi fitnah dengan melemparkan tuduhan dusta akan menjadi bencana bagi yang menuduh dan turut menyebarkannya. Renungilah firman Allah:

    ﺇِﻥَّ ٱﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﺤِﺒُّﻮﻥَ ﺃَﻥ ﺗَﺸِﻴﻊَ ٱﻟْﻔَٰﺤِﺸَﺔُ ﻓِﻰ ٱﻟَّﺬِﻳﻦَ ءَاﻣَﻨُﻮا۟ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﺬَاﺏٌ ﺃَﻟِﻴﻢٌ ﻓِﻰ ٱﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَٱﻻْءَﺧِﺮَﺓِ ۚ ﻭَٱﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻻَ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ

    "Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui." (QS. An-Nuur, 24: 19).

    Alangkah gelapnya azab yang menimpa. Tak cukup hanya di dunia, di akhirat masih menanti siksa yang amat pedih. Adakah kita penyebarnya? Ada dosa yang hukuman di dunia menjadi penggugur azab di akhirat. Tetapi tuduhan keji, hukumannya ganda: di dunia dan di akhirat. Nah.

    Pertanyaannya, pernahkah kita kotori lisan dan jemari kita untuk menuduh atau menyebar tuduhan? Padahal tidak ada bukti yang sangat kuat. Ingatlah, memudah-mudahkan menyebar berita bohong akan menjadi musibah bagi yang menyebarkan. Jika terhadap Aisyah radhiyallahu 'anha saja fitnah dan berita bohong mudah terjadi, padahal ia nyata-nyata istri Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam, bagaimana dengan orang lain?

    Apakah kita akan memudah-mudahkan menyebar fitnah dan dusta tanpa bukti nyata hanya karena mendengar perkataan "aku lihat sendiri"? Bukankah itu pula yang terjadi dalam peristiwa haditsul ifk? Semoga kita dapat mengambil pelajaran. Semoga Allah Ta'ala selamatkan kita.

    Salah satu karya legendaris dari Imam Ath-Thabari. Dikucilkan dan tetap istiqamah menjadi jalan bagi Imam Ath-Thabari untuk menuliskan kitab yang kelak sangat berguna bagi muslimin hingga berabad-abad kemudian. Ia meninggal tahun 310 hijriyah, tapi sampai hari ini karyanya menebar manfaat.
    Salah satu karya legendaris dari Imam Ath-Thabari. Dikucilkan dan tetap istiqamah menjadi jalan bagi Imam Ath-Thabari untuk menuliskan kitab yang kelak sangat berguna bagi muslimin hingga berabad-abad kemudian. Ia meninggal tahun 310 hijriyah, tapi sampai hari ini karyanya menebar manfaat.  

    ------------------------------------------------
    Ust. Mohammad Fauzil Adhim
    ------------------------------------------------ 

    sumber: https://goo.gl/DfBLbW

    0 comments

    Posting Komentar