suber gambar: http://goo.gl/4RcCmw |
Jadi ingat masa-masa SD dulu. Rasanya gak pernah sekalipun melihat ada teman SD yang berani melakukan apa yang terlihat di foto. Bahkan saat SMP pun rasanya gak pernah lihat begituan. Mungkin jaman sudah berubah. Tapi bagaimana perubahan bisa jadi seperti itu? Apakah salah lembaga pendidikan? Heuheu pertanyaan kuno. Sehebat apapun sekolah, waktu mendidiknya hanya lima sampai 8 jam, 16 hingga 19 jam dilewati anak di luar sekolah. Pengaruh dunia luar sedemikian hebat sehingga pola perilaku anak tumbuh menjadi semakin mengkhawatirkan. Mungkin itulah alasan mengapa pesantren, boarding school, dan fullday school dipilih banyak orangtua.
Lalu kemudian beberapa waktu lalu saya lihat video ini,
sumber video: http://goo.gl/ACBhSB
Peluang amal yang besar melalui media ini sangat dimanfaatkan oleh para ustad untuk menebar kebaikan. Karenanya jangan heran banyak ustadz yang suka twitteran dan main istagram. Mereka sadar, betapa media sosial begitu cepat menyebarkan informasi apapun. Satu nasehat yang baik dari mereka, jika dilihat dan diamalkan pembacanya, pahala mengalir untuk yang menyampaikan.
Karenanya saya heran mengapa orang menulis doa di fesbuk harus dikritik habis-habisan. Katanya, "Berdoa kok di facebook??". Apa yang salah dengan nulis do'a? Riya tidaknya penulis doa itu bukan urusan kita. Daripada nulis yang kasar-kasar dan jorok kan jauh lebih baik nulis doa. Si Pengkritik seolah mengajak kita berpikir bahwa si penulis doa hanya berdoa di facebook, di luar itu dia tidak berdoa. Jangan mikir begitu, kita harus husnudzon, mungkin ketika ba'da shalat wajib maupun shalat sunah, doanya jauh lebih banyak dan jauh lebih khusyu daripada yang kita lakukan. Kalau untuk perilaku diri sendiri, kita harus terus berevaluasi tentang riya dan tidaknya.
Lalu ada juga yang ketika seseorang membagi nasehat untuk berjilbab via fesbuk, langsung dikomen, "Urus saja hidup lo sendiri! Kaya idup lo udah bener aja!". Dampak dari banyaknya kritikan semacam itu kemudian membuat para remaja takut untuk memosting nasehat-nasehat islami. Heuheuheu.. Ini tantangan, ini ujian, setiap peluang pahala akan selalu diikuti dengan ujiannya. Tapi tetap harus terus memperbaiki cara, karena siapa tahu bukan konten nya yang mereka benci, tapi caranya. Tidak sedikit orang memberi nasehat tapi seperti menyebar spam.
Karenanya saya tidak melarang anak didik saya untuk fesbukan atau twitteran, atau apapun, silahkan saja dengan catatan jangan berlebihan. Tapi alangkah sangat senangnya saya, jika melalui itu semua mereka bisa menebar manfaat. Dan alangkah sedihnya saya, jika melalui itu semua, mereka malah memamerkan perilaku-perilaku nakal yang bahkan orangtua merekapun tidak akan senang melihatnya.
------------------------Lalu ada juga yang ketika seseorang membagi nasehat untuk berjilbab via fesbuk, langsung dikomen, "Urus saja hidup lo sendiri! Kaya idup lo udah bener aja!". Dampak dari banyaknya kritikan semacam itu kemudian membuat para remaja takut untuk memosting nasehat-nasehat islami. Heuheuheu.. Ini tantangan, ini ujian, setiap peluang pahala akan selalu diikuti dengan ujiannya. Tapi tetap harus terus memperbaiki cara, karena siapa tahu bukan konten nya yang mereka benci, tapi caranya. Tidak sedikit orang memberi nasehat tapi seperti menyebar spam.
Karenanya saya tidak melarang anak didik saya untuk fesbukan atau twitteran, atau apapun, silahkan saja dengan catatan jangan berlebihan. Tapi alangkah sangat senangnya saya, jika melalui itu semua mereka bisa menebar manfaat. Dan alangkah sedihnya saya, jika melalui itu semua, mereka malah memamerkan perilaku-perilaku nakal yang bahkan orangtua merekapun tidak akan senang melihatnya.
- Eki P. Sidik -
0 comments
Posting Komentar