Hanya beberapa saja tulisan kompasianer tentang
Maulid Rasulullah Muhammad SAW. Yang ditulis kebanyakan adalah orang
lain di luar Nabi. Semoga tak kita tuliskan dalam untaian kata, nama
manusia mulia itu tetap ada di dalam hati kita semua.
Berat memang menulis tentang Rasulullah, bagaimana tidak, kita tak
pernah benar-benar mengenalnya. Maaf, maksud saya, kita tidak pernah
benar-benar ingin mempelajari apapun tentang beliau. Lebih senang borong
biografi orang lain ketimbang Nabi. Padahal sepenuh kehidupan nabi
adalah sumber segala teladan terbaik.
Kita ini lalai, mengaku cinta nabi tapi dengar ceramah tentang pesan
nabi seperti mendengar dongeng. Cuma selewat, udah, ya kita biarkan
lewat. Nabi ajaran tentang HAM yang sempurna lewat Piagam Madinah,
dengan ngaconya kita mengiblatkan pikiran pada doktrin-doktrin HAM ala
barat yang nyatanya datang belakangan. Rasulullah ajarkan makan sambil
duduk, kita merasa kampungan kalau hajatan di gedung tanpa standing
party.
Rasulullah wanti-wanti tentang betapa hinanya urusan dunia, hingga
beliau hidup sederhana walaupun sudah jadi pemimpin negara. Kita begitu
memuliakan dunia, sikut kanan sikut kiri, fitnah sana fitnah sini, demi
jabatan politik maupun pekerjaan. Kita lalaikan shalat waktu mencari
uang. Begitu kalahnya kita dengan dunia, padahal saban hari kita
pekikkan kalimat: “simpan dunia di tangan, bukan di hati!”. Semua omong
kosong, praktiknya, besar infaq ke masjid bahkan tak sepersepuluh dari
uang makan sekali.
Rasulullah berakhlak sangat mulia, bahkan kepada yang mendzoliminya.
Kita seolah gak akan hidup tanpa berselisih dengan orang yang berlainan
pendapat. Beda pilihan politik saja, ributnya sampai hari ini. Nabi tak
pernah ingin diistimewakan selama hidup di dunia, bahkan beliau bikin
perapian untuk pasukannya dengan tanggannya. Kita lihat pegawai SPBU
lupa tersenyum saja sebalnya bisa seharian.
Rasulullah pemimpin keluarga terbaik sepanjang masa. Kita sudah merasa
jadi orangtua paling benar dengan membentak anggota keluarga. Rasulullah
yang tahu dapat jaminan surga shalat malamnya berjam-jam, kita baru
shalat lima waktu tanpa shalat sunah saja sudah merasa diri pemilik
surga dan neraka.
Lisan kita ngaku cinta betul pada Nabi, tapi kita alergi bahkan hanya
untuk mengutip hadits nabi, lebih bangga mengutip kata-kata orang
selainnya. Kita lebih senang baca buku-buku karya ilmuwan eropa, penyair
itu ini, tapi Al-Quran yang begitu dipegang teguh Nabi, yang syair
manapun takkan pernah ada yang bisa membandingi keindahannya, yang ilmu
manapun takkan bisa gugurkan kebenarannya, tak pernah kita sentuh, hanya
kita jadikan penghias tempat buku, dan sesekali dibuka ketika bulan
Ramadhan tiba.
Benarkah kita cinta Nabi? Kita yang masih senang nyinyiri orang lain
yang berusaha ikuti Nabi. Kita sebut mereka munafik, kita sebut mereka
so’ suci, kita sebut mereka ketinggalan jaman, kita sebut mereka tidak
toleran. Benarkah kita cinta Nabi? Idola kita orang lain, panduan hidup
kita bukan petunjuk Nabi. Benarkah kita cinta Nabi? Nabi cinta
kebersihan, kita buang sampah sembarangan.
Cinta Nabi pada umatnya lebih luas dari semesta. Bahkan di penghujung
hayat ia sebut umatnya berkali-kali. Tak merasa jadi pengkhianatkah
kita, yang ingin dapat syafaat Nabi tapi tak pernah menyambut cinta Nabi
dengan kesepenuh-hatian menuntun diri pada suri tauladannya? Tidak
merasa jadi pengecutkah kita, ketika bilang cintai Nabi, tapi orang
menghina Nabi kita masih bisa tertawa-tawa?
Kata Nabi, kelak di akhirat, kita semua akan bersama dengan yang kita
cintai selama hidup di dunia. Jangan-jangan cinta kita pada Nabi hanya
terucap dalam kata, jangan-jangan cinta kita pura-pura, jangan-jangan
kita berdusta. Di akhirat tak bisa bohong. Di pengadilan Allah tak bisa
gunakan jasa pengacara, pengacara manapun disana diadili juga. Sedang
Allah Maha Tahu segala isi hati, adakah cinta yang kita lisankan untuk
Nabi itu Allah akui? Atau kelak Allah sebut kita pendusta karena hidup
kita nyatanya bukan meneladani Nabi?
Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa’ala ali Muhammad
Semoga Allah masih beri kita hidayah untuk terus bershalawat, semoga
Allah tak cabut hidayah dari kita yang lalai untuk teladani Rasulullah,
makhluk yang dimuliakan penduduk langit dan bumi.
*****
- Eki P. Sidik -
*****
- Eki P. Sidik -
0 comments
Posting Komentar